gaespost.com | ACEH TIMUR - Tanggal 15 Agustus merupakan tanggal bersejarah bagi rakyat Aceh. Konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia (RI) berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai di Helsinki, Finlandia.
Perjanjian damai tersebut dikenal dengan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki.
Momentum 15 Agustus 2005 -15 Agustus 2022 genap 17 tahun usia Perdamaian MOU Helsinki, sejumlah elemen sipil di Aceh Timur akan menggelar acara “Pawai Aceh Damai”, aksi pawai tersebut sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam mengenang hari bersejarah berakhirnya konflik bersenjata selama 30 tahun antara TNI/Polri dan GAM di bumi para aulia.
Perdamaian Aceh merupakan sebuah rahmat Allah SWT yang wajib kita syukuri, untuk itu semua rakyat Aceh punya tanggung jawab bersama untuk merawat kelangsungan perdamaian di Aceh secara abadi. Hal tersebut disampaikan oleh Masri.Sp, ketua Panitia Pawai Aceh Damai di sebuah Cafe perbatasan, Kamis 11/8/2022.
"Selama damai, rakyat telah merasakan kenyamanan, ketentraman dan kebebasan dalam beraktivitas, serta terus memacu pembangunan di segala lini. Maka melalui Pawai Aceh Damai ini kami mengajak masyarakat untuk membangkitkan kesadaran untuk terus merawat perdamaian, serta menjaga Kamtibmas," Kata Masri selaku koordinator Pawai Aceh Damai.
Kegiatan Pawai Aceh Damai, akan di laksanakan pada Senin 15 Agustus 2022, dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai, dengan mengambil rute Simpang Ulim menuju Kota Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
"Pawai tersebut akan di rangkai dengan kumandang shalawat, teatrikal dan di iringi penampilan alat kesenian tradisional rapai Aceh, termasuk menyampaikan beberapa poin petisi," Sebut Masri.
Masri menambahkan, pawai tersebut bertujuan sebagai refleksi perdamaian antara RI-GAM 15 agustus 2005 silam di Helsinki, serta momentum membangun spirit penguatan perdamaian Aceh dalam menata masa depan Aceh yang lebih maju dan sejahtera.
"Kepada seluruh peserta pawai tetap mengikuti aturan yang telah di tetapkan oleh panitia, menjaga ketertiban lalu lintas, mengguna helm bagi yang menggunakan sepeda motor, menjaga protokoler kesehatan, memakai baju warna putih dan tidak boleh membawa senjata tajam, bahan peledak termasuk bendera bintang bulan serta tidak boleh mengeluarkan kata-kata kebencian, Bila ada yang melanggar dari ketentuan, itu di luar tanggung jawab panitia," Kata Masri yang juga mantan aktivis perjuangan sipil Aceh.
Pawai Aceh Damai, direncanakan di ikuti oleh beberapa unsur, mahasiswa, santri, relawan sosial, KPA dan masyarakat, dengan jumlah peserta lebih kurang 500 orang.
"Panitia sangat berharap dukungan dan partisipasi semua pihak, terutama peran aktif aparat keamanan supaya tujuan baik ini dapat berjalan lancar sukses tanpa ada kendala apapun," pungkasnya. []