Bendera Alam Peudeung merupakan bendera Kerajaan Aceh Darussalam yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Bendera ini berwarna merah disertai dengan gambar bintang dan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan bintang tersebut, ada gambar pedang, yang juga berwarna putih.
Keluarga besar Diradja Kerajaan Aceh Darussalam menggelar upacara pengibaran bendera Alam Pedeung.
Pengibaran bendera ini berlangsung di sebuah rumah bercat putih, disebut dengan Istana Darul Ihsan, yang didapuk sebagai Istana Kerajaan Aceh Darussalam, di Banda Aceh.
Prosesi upacara dipimpin Pengemban Amanah Diradja Keradjaan Atjeh Darussalam, Tuanku Muhammad Zumadilla Narukaya (I) Al-Hajj.
Usai pengibaran, pemimpin upacara juga membaca amanat tentang Alam Peudeung sebagai simbol penyemangat.
Dalam amanat upacaranya, Tuanku Muhammad Zumadilla Narukaya (I) Al Hajj, menekankan bendera Alam Peudeung adalah bendera pemersatu rakyat Aceh, dengan semangat kebersamaan di Nusantara.
Bendera itu juga bermakna simbol penyemangat perjuangan penyebaran dakwah Islamiyah.
"Oleh karenanya dilaksanakan upacara pada saat 1 Muharram, selain untuk berdakwah, juga untuk mengikat tali silaturrahmi, agar kita tidak terpecah belah," jelas Tuanku Muhammad ZN (I), Al Hajj.
Kesekjenan Kerajaan Aceh, M.Siddiq Armia alias Datok Siurus Setia mengatakan, pengibaran bendera Alam Peudeung dilaksanakan juga sekaligus dengan peringatan 1 Muharram 1444 Hijriah.
"Alam Pedeung ini bendera adat istiadat, bendera pemersatu dan bendera penyemangat, masyarakat Aceh. Bendera ini warisan yang sudah ada sejak ratusan tahun silam, selain untuk memperingati tahun baru Muharram, upacara ini juga untuk mempertahankan adat Aceh yang memang harus dikenal oleh masyarakat," kata Siddiq Armia, Sabtu (30/7/2022).
Upacara pengibaran bendera dilakukan dengan khidmat dan sederhana, tambah Siddiq, dan pelaksanaan upacara yang sama sudah dilakukan sejak 2016.
Peserta upacara mengenakan baju adat dan baju kebesaran kerajaan Aceh dan mengenakan lencana penghargaan dari kerajaan Aceh.
Selain keluarga pewaris Kerajaan Aceh Darussalam, peserta upacara juga berasal dari beberapa kerajaan lain di Nusantara yang diundang khusus menghadiri kegiatan upacara, seperti keturuan Kerajaan Air Tiris Kampar, Riau, dan Kerajaan Gowa serta Kerajaan Karo.
"Tapi sayang, karena masih kondisi Covid-19, beberapa undangan tidak bisa berhadir," kata Siddiq Armia.
Upacara diawali dengan laporan komandan upacara kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera, oleh tiga pemuda.
Ada dua bendera yang dikibarkan, yang pertama adalah bendera merah putih diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Alam Peudeung yang diiringi lantunan Shalawat Badar.
Di Aceh sendiri ada 10 silsilah turunan kerajaan-kerajaan kecil yang sudah terverifikasi dan mendapat pengakuan, di antaranya keturunan Raja Meureuhom Daya, keturunan Raja Pedir (Pidie) dan keturunan Raja Tamiang.[]
Sumber : Kompas.